Sejarah Akhirnya Menggugat Keaslian Injil Matius



Injil pertama dalam Perjanjian Baru (PB) adalah injil karangan matius.Seperti halnya injil-injil lainnya,sering ditegaskan bahwa matius itu adalah salah seorang muridnya yesus.Tetapi tidak ada data atau sumber yang otentik lagi dipercaya,yang mampu memberikan bukti sejarah yang menyatakan bahwa injil matius itu adalah karangan dari seorang matius yang menjadi salah satu muridnya yesus.Keterangan paling jelas mengenai identitas matius hanya terdapat dalam pasal 9:9 atau 10:3 , di mana di sana pula kontroversi muncul akibat penyebutan tokoh matius seakan-akan sebagai orang kedua diluar penulis. Dalam ayat tersebut matius digambarkan sebagai seorang pemungut cukai yang bekerja untuk kekaisaran romawi, selanjutnya ia tertarik ajakan Yesus untuk menjadi muridnya (mat 9 : 9).

Lewi yang kemungkinan adalah nama lain matius beberapa kali disebutkan dalam injil sinoptik lain seperti lukas atau markus, tetapi tidak ada keterangan yang menyebutkan bahwa yesus pernah mengganti nama lewi menjadi matius (artinya “Hadiah dari Tuhan”),seperti halnya saat ia mengganti nama simon menjadi cephas. Tidak ada alasan bagi Yesus untuk mengubah nama yahudi muridnya menjadi nama romawi. Yesus tidak pernah mengganti nama simon menjadi petrus, ia menggantinya dengan nama “cephas” yang artinya batu. Orang romawi-lah yang menyebutnya sebagai peter atau petrus. Adalah suatu keganjilan melihat pilihan penulis injil matius untuk lebih memilih menggunakan nama “matius” alih-alih nama “Lewi” yang lebih familiar di kalangan Yahudi. Penulis Injil markus dan lukas yang menunjukan karyanya bagi orang gentile (romawi) bahkan lebih memilih menggunakan nama “lewi” bukanya “matius” (mark 2:14, luk 5:27).

Sebagai muridnya yesus, matius tentu saja akan terbiasa atau setidaknya tidak akan sembarangan menggunakan Perjanjian Lama (PL), persoalan akan timbul bila kita memperhatikan adanya kesalahan dalam perujukannya terhadap Perjanjian Lama dalam karyanya. Ditambah dengan adanya keparalelan antara injil matius dengan injil markus membuat beberapa sarjana beranggapan bahwa matius hanya menggunakan (bahkan menjiplak) karya markus, yang jelas-jelas bukan seorang murid yesus. Kita patut mempertanyakan apa gunanya bagi seorang matius, yang juga seorang murid yesus, saat menggunakan sumber markus yang tidak kompeten karena dihasilkan oleh orang di luar lingkaran kerasulan (murid-murid yesus) ?

Seorang murid yesus sebenarnya dapat dengan leluasa menggunakan sumber paling terpercaya yaitu gurunya sendiri (yesus) sebagai referensi penulisan yang utama, ia sepatutnya menjadi seorang sekretaris berjalan yang senantiasa mencatat segala perkataan maupun perbuatan gurunya tanpa perlu menggunakan sumber lain.

Selain hal-hal di atas, keterangan mengenai pribadi matius tampaknya tidak diketahui. Beberapa tradisi mengatakan bahwa matius menjadi martir di ethiopia, sedangkan lainnya mengatakan bahwa ia menjadi martir di hierapolis. Menurut ephipanus (uskup cyprus),matius sang evangelis martir di hierapolis, sedangkan matius pengganti judas escariot menjadi martir di ethiopia. Bukan hanya terhadap matius, keterangan-keterangan mengenai para penulis Perjanjian Baru (PB), atau bahkan kehidupan sahabat-sahabat yesus sangatlah kurang, seakan-akan ada suatu pihak yang sengaja menutupinya.

Injil ini pada dasarnya itu adalah anonim, adalah keputusan para bapak gereja awal yang menisbatkan penulisannya kepada matius. Bapak gereja awal tertua yang pernah membicarakan nama matius adalah papias, dalam karyanya disebutkan mengenai matius pemungut cukai yang mengumpulkan perkataan (logia) yesus dalam bahasa ibrani. Pendapatnya ini diriwayatkan kembali oleh irenaeus, eusebius, dan origen. Kesulitan muncul saat menerjemahkan pernyataan papias tersebut, apakah matius benar-benar mengumpulkan perkataan yesus (logia) lalu menuliskannya dalam bentuk injil, atau logia tersebut hanya berbentuk tradisi oral yang biasa digunakan pada pertemuan-pertemuan atau ceramah-ceramah di kalangan umat Kristen awal ? Walau pernyatan papias mungkin benar, beberapa sarjana modern belum langsung mempercayainya. Terutama saat papias menyebutkan bahwa matius mengumpulkan logia dalam bahasa ibrani, sedangkan menurut mereka injil matius pertama kali ditulis dalam bahasa Yunani. Salah satu kemungkinan lain adalah adanya perbedaan antara apa yang dibicarakan papias dengan injil matius yang ada saat ini. Siapakah yang berani menjamin bahwa karya Matius yang disebutkan papias seratus persen sama dengan injil matius yang ada saat ini ? James Hastings secara tegas mengatakan,bahwa :
“Ibrani atau bukan,tidak ada keraguan dari pertimbangan-pertimbangan apriori maupun dari bukti internal tentang injil-injil yang berbahasa yunani.Bahwa telah berlangsung suatu rekaan dari pihak gereja,tentang suatu injil dalam bahasa ibrani seperti yang kemudian secara umum diucapkan didaerah yudea.” (James Hastings, A Dictionary of Christ and the Gospels, Vol. I,hal.670)
Kaum kristen terdahulu yang membaca injil ini mungkin langsung mempercayai kepenulisan matius, sedangkan sarjana kristen modern seperti davidson, julicher dan baljon, tidak ragu-ragu menyangkal pendapat tradisional tersebut atas dasar berikut :
1. Injil ini terlalu banyak memuat hal-hal yang bersifat legenda dan mengada-ada seperti kisah pembantaian anak-anak (Pasal 2), kisah perjalanan yesus ke yerusalem yang mengendarai dua hewan, kepergian yusuf ke mesir, kisah fantastis yang menyertai kematian Yesus (27: 52 ) dan lan-lain.
2. Materi injil ini sangat mirip dengan injil markus.Dengan kata lain matius hanya menulis kembali karya markus dengan sedikit modifikasi, walaupun kita tentu tidak bisa menutup kemungkinan lain. Hal ini tentu secara tidak langsung menyebutkan, bahwa penulis injil matius bukanlah seorang saksi mata atas kehidupan yesus. Walaupun matius tampaknya menggunakan sumber dari markus sebagaimana dengan lukas, tapi tidak selamanya matius sejalan dengan markus.
3. Si penulis injil tidak menggunakan kata ganti orang pertama yang mengindikasikan bahwa ia bukanlah saksi mata.Mat 9 : 9 = “Setelah yesus pergi dari situ, ia melihat seorang yang bernama matius duduk di rumah cukai, lalu ia berkata kepadanya: “Ikutlah aku.” Maka berdirilah matius lalu mengikut dia.” Ayat tersebut merupakan satu-satunya ayat yang memuat kata “matius”. Melalui penggunaan kata matius didalamnya, dapat kita simpulkan bahwa penulisnya tidak berbahasa ibrani. Bila ia seorang yahudi, ia tentu lebih memilih nama “levi” daripada “matius”. Dan apabila matius benar-benar menulis injil ini, redaksi kata dalam ayat tersebut harus diubah sehingga berbunyi sebagai berikut : “Setelah yesus pergi dari situ, ia melihat (ku) duduk di rumah cukai, lalu ia berkata kepada (ku): “Ikutlah aku.” Maka (aku) berdiri lalu mengikut dia.” Sayangnya ayat dengan kalimat seperti itu tidak pernah ada. Apabila sejak awal penulis Injil Matius melakukan hal tersebut, setidaknya ia tidak akan meninggalkan polemik berkepanjangan mengenai status penulisan Injilnya.

Selain itu,ada perbedaan pula yang menyangkut tentang  kapan penulisan injil itu ditulis oleh matius,seperti halnya pandangan dari :
1. Raymond E. Brown, dalam buku-nya “An Introduction to the New Testament.”Yang menyatakan bahwa injil matius ditulis pada tahun 70 – 100 M. 
2. Perkiraan kurun waktu yang diberikan dalam NIV Study Bible.Yang menyatakan bahwa injil matius ditulis pada tahun 50-70-an. 
3. Seorang pakar bibel yaitu J.T.Sunderland,dalam The Bible-its Rowth and Origin.Yang menyatakan bahwa injil matius ditulis pada tahun 70 – 90 M. 
Bukti lainnya yang menyatakan bahwa injil tersebut tidak ditulis oleh matius,tetapi pada masa berikutnya dinisbahkan kepadanya oleh seorang penulis yang tidak dikenal,pernyataan dari Rev. W.C. Somerville, Ph.D dari Gereja Scottish cukup berani untuk mengakuinya dengan menyampaikan pandangannya sebagai berikut : “Injil ini ditulis sekitar tahun 80 M,oleh seorang penyusun yang tidak dikenal.Injil tersebut tampaknya dihasilkan oleh seseorang yang sangat tertarik kepada agama yahudi dan tertarik kepada Perjanjian Lama (PL).Yang kemungkinan dipersiapkan untuk digunakan pada suatu pusat dimana mayoritas orang-orang kristen yang sebelumnya mempercayai tentang kepercayaan yahudi.”

Dari sini terlihat,bahwa injil tersebut ditulis oleh seseorang yang bukan muridnya yesus.Tetapi oleh seseorang yang tidak mempunyai informasi tangan pertama dari ajaran-ajarannya dan mengumpulkan informasinya sedikit demi sedikit dari tradisi yang populer tentang yesus dan ajaran-ajarannya.Dan penegasan bahwa dia merupakan dokumen yang diwahyukan adalah sama sekali tidak mempunyai dasar.Rev Dummelow menyatakan : Dari apa yang telah dikatakan,akan jelas terlihat bahwa penulisan langsung injil ini oleh matius muridnya yesus adalah tidak mungkin.” (komentar Dummelow terhadap The Holy Bible,hal.620)

Itulah sekelumit masalah tentang keorsinillan injil matius yang diakui bahwa penulisnya adalah matius yang menjadi muridnya yesus,yang pada akhirnya sejarah penulisannya pun digugat oleh bukti yang ada pada injil matius itu sendiri.Selain itu,sumber penulisan yang matius dapatkan selama ini,ternyata masih diragukan pula oleh banyak kalangan.
Kami sangat menghargai komentar pembaca sekalian, baik saran, kritik, bantahan dan lain sebagainya. 
Bagi pembaca yang ingin berkomentar silahkan untuk login dengan mengklik Login di Tombol Login komentar dan pilih akun yang ingin anda gunakan untuk Login, Bisa dengan Facebook, Twitter, Gmail dsb. 
 peraturan komentar: 
1. komentar pendek atau panjang tidak masalah, baik lebih dari satu kolom juga tidak apa-apa. 
2. komentar menggunakan bahasa indonesia dengan baik dan benar tidak berbelit-belit. 
3. tidak menggunakan kata-kata kotor, hujat atau caci maki
4. langsung pada topik permasalahan

1 Response to "Sejarah Akhirnya Menggugat Keaslian Injil Matius"

  1. sudah sejak lama keaslian Alkitab dipertanyakan. sudah ratusan pendapat tokoh dan pakar yang mengatakan seperti itu, sayangnya karena doktrin gereja begitu kuat, mereka hanya akan selalu percaya saja..

    BalasHapus