Hadits adalah Wahyu Allah kepada Nabi



Oleh Syaikh Muhammad Hisyam Kabbani [1]

Al-Qur'an adalah kitab suci. Ia memuat wahyu Tuhan yang suci dan abadi. Ia berlaku sepanjang zaman dan untuk seluruh umat manusia. Sedangkan Nabi Muhammad sall-Allahu 'alayhi wasallam yang bergelar "Rasul Allah" sebagai manusia pilihan Allah untuk menyampaikan wahyu-Mya kepada kita, senantiasa dibimbing dengan petunjuk dan ilham dari  Allah dalam setiap ucapan dan tindakannya.

Allah berfirman:

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى وَمَا يَنطِقُ عَنِ الْهَوَى مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوَى وَالنَّجْمِ إِذَا هَوَى

"Bismillahirrahmanirrahiim. Wa n-najmi idza hawa Ma dhalla saahibukum wa ma ghawa Wa ma yanthiqu 'ani l-hawa in huwa illa wahyun yuuhaa"

"Demi bintang ketika terbenam, kawanmu [Muhammad] tidaklah sesat dan tidak pula keliru, dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang disampaikan kepadanya". (QS. An-Najm[53]:1-4)

Allah bersumpah demi bintang yang terbenam bahwa Nabi-Nya sedikit pun tidak akan menyelewengkan perintah Tuhan. Nabi sall-Allahu 'alayhi wasallam. juga tidak tidak berbicara mengikuti hawa nafsu dan keinginannya sendiri. Setiap ucapan, gerakan, dan tarikan napas beliau, sesunguhnya merupakan wahyu Tuhan, sehingga semuanya memiliki nilai yang sangat tinggi sebagai sumber untuk memahami dan mengikuti ajaran Al-Qur'an dan agama Islam.

Seorang sahabat, Jabir ibn Abd Allah, berkata, "Rasulullah sall-allahu 'alayhi wasallam berada di tengah-tengah kita ketika Al-Qur'an diturunkan kepadanya dan dia segera mengetahui maksudnya. Apa pun yang dia lakukan, pasti kami ikuti." [2]

Ketika ditanya tentang kepribadian Nabi, 'Aisyah (salah seorang istri Nabi sall-Allahu 'alayhi wasallam dan seorang ahli hukum pada masanya) mengatakan, "Kepribadian beliau adalah Al-Qur'an.' [3]

hadits-hadits tersebut menunjukkan bagaimana menerapkan prinsip-prinsip dalam Al-Qur'an, mulai dari bentuk ibadah yang sangat sederhana hingga yang tak sederhana. Sebagai contoh, Allah berkali-kali memberi perintah kepada umat manusia untuk mendirikan shalat:

وَأَقِيمُواْ الصَّلاَةَ وَآتُواْ الزَّكَاةَ وَارْكَعُواْ مَعَ الرَّاكِعِينَ

"Wa aqiimus salaata wa aa-tuz zakaah ......"

"Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat ......" (QS. Al-Baqarah[2]:43; 83; 110; An-Nisa[4]:77; An-Nuur[24]:56; Al-Muzzammil[73]:20) [4]

Dari ayat ini kita dapat memahami dengan jelas bahwa manusia dituntut (baca: diwajibkan) untuk melaksanakan shalat dan zakat. Namun, untuk mengetahui rincian pelaksanaan shalat, misalnya cara dan waktu shalat serta kepada siapa saja kewajiban ini dibebankan, dlsb. kita harus merujuk pada hadits Nabi. Demikian juga halnya gambaran praktis tentang pelaksanaan zakat, besarannya, siapa saja yang dikenai kewajiban berzakat, siapa pula yang berhak memperoleh zakat dlsb, hanya ditemukan dalam hadits. Itu juga berlaku dalam semua kewajiban-kewajiban dalam menjalankan syari'at agama menurut ajaran Islam lainnya.

Singkatnya, hadits Nabi sall-Allahu 'alayhi wasallam diperlukan untuk memahami Al-Qur'an. Dalam setiap kejadian pada masa hidup Nabi sall-Allahu 'alayhi wasallam, Allah mewahyukan ke dalam dadanya apa-apa yang harus ia ucapkan atau ia lakukan. Baik Al-Qur'an maupun hadits sama-sama berasal dari wahyu Tuhan dan merupakan dua sumber yang tak terpisahkan untuk memahami dan menerapkan pesan-pesan Ilahi, yakni ajaran Islam.

Tentang ini Rasulullah sall-Allahu 'alayhi wasallam bersabda:
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sesungguhnya Al-Qur'an sangat sulit dan menjadi beban bagi orang yang membencinya, tetapi ia akan terasa mudah bagi siapa pun yang mau mengikutinya. Sesungguhnya, ucapanku sangat sulit dan terasa sebagai beban bagi mereka yang tidak menyukainya, tetapi ia akan menjadi mudah bagi seseorang mau mengikutinya. Barang siapa yang mendengar ucapanku dan mengingatnya, kemudian melaksanakannya, maka ia akan datang diiringi Al-Qur'an pada Hari Berbangkit. Barang siapa yang mendengar ucapanku kemudian mengabaikannya, maka ia dianggap telah mengabaikan Al-Qur'an, dan barang siapa yang mengabaikan Al-Qur'an, maka ia telah merugi di dunia dan akhirat." 
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
[Diriwayatkan dari al-Hakam ibn 'Umayr al-Thumal, oleh Khatab, Al-Jami' li Akhlaq al-Rawi (ed. 1983, 2:189); al-Qurthubi dalam Tafsirnya, 18:17; Abu Nu'aym; Abu al-Syaykh; dan al-Daylami]

Al-Qur'an adalah kitab suci dan wahyu Allah yang terakhir bagi manusia. Dan Nabi Muhammad sall-Allahu 'alayhi wasallam merupakan utusan-Nya yang terakhir, yang dengan seluruh aspek kenabiannya, maka tuntaslah seluruh Wahyu Ilahi.

مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَكِن رَّسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيماً

"Maa kaana Muhammadun abaa ahadin min rijaalikum wa lakin rasuulallahi wa khaataman nabiyyiin wa kaan-Allahu bikulki syai-in 'aliiman"

"Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup para nabi. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. Al-Ahzab[33]:40)

Yang terkandung dalam Al-Qur'an dan hadits adalah seluruh pengetahuan yang dibutuhkan untuk kesuksesan dan keselamatan hidup di dunia dan di akhirat, mulai dari generasi pada masa hidup Nabi sall-Allahu 'alayhi wasallam sampai kepada semua generasi selanjutnya hingga generasi akhir zaman. Pengetahuan yang tak kalah pentingnya adalah tanda-tanda dan kejadian-kejadian yang terkait dengan umat akhir zaman.

Hudzayfah meriwayatkan:

"Suatu hari Rasulullah sall-Allahu 'alaihi wasallam berdiri di depan kami, dan beliau tidak melewatkan sedikit pun hal-hal yang harus beliau sampaikan, hingga hal-hal mendetail yang akan terjadi di pengujung masa. Mereka yang mengingatnya akan terus memeliharanya dalam benak, dan mereka yang tidak mengingatnya akan melupakannya. Sahabat-sahabatku mengetahuinya, dan ada hal-hal tertentu yang aku lupa, tetapi hal itu kembali dalam ingatanku ketika aku melihatnya. Aku kembali ingat hal itu persis seperti seseorang yang sudah tidak kita ingat kemudian muncul kembali dalam ingatan kita setelah bertemu dengannya."  [5]


[Sumber: Arland  | Islam Menjawab Fitnah]

CATATAN KAKI:
[1] Dikutip dari buku The Approach of Armageddon: An Islamic Perspective, telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Kiamat Mendekat oleh Penerbit Serambi.
[2] Diriwayatkan dari Muhammad al-Baqir sebagai bagian dari suatu hadits yang panjang oleh Muslim, Abu Dawud, dan Ähmad.
[3] diriwayatkan oleh Ähmad dalam Musnad-nya Nomor # 23460.
[4] Contoh teks dalam ayat-ayat yang lain: "Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik." (QS. Al-Muzzammil [73]:20)
[5] Sunan Abu Dawud, "Kitab al-Fitan. - Sahih Muslim, Kitab al-Fitan.

Kami sangat menghargai komentar pembaca sekalian, baik saran, kritik, bantahan dan lain sebagainya. 
Bagi pembaca yang ingin berkomentar silahkan untuk login dengan mengklik Login di Tombol Login komentar dan pilih akun yang ingin anda gunakan untuk Login, Bisa dengan Facebook, Twitter, Gmail dsb. 
 peraturan komentar: 
1. komentar pendek atau panjang tidak masalah, baik lebih dari satu kolom juga tidak apa-apa. 
2. komentar menggunakan bahasa indonesia dengan baik dan benar tidak berbelit-belit. 
3. tidak menggunakan kata-kata kotor, hujat atau caci maki
4. langsung pada topik permasalahan

1 Response to "Hadits adalah Wahyu Allah kepada Nabi"